welcome to my blog

welcome to
my blog.
hopefully you can enjoy on my blog.
thank you

Minggu, 18 Desember 2011

Penggunaan Antibiotik Irasional Pada Anak

Penderita yang sering berobat di Indonesia, bila berobat di luar negeri (terutama di negara maju), sering khawatir karena bila sakit jarang diberi antibiotika.

Sebaliknya, pasien yang sering berobat di luar negeri juga sering khawatir bila berobat di Indonesia karena setiap sakit selalu mendapatkan antibiotika.

Ini bukan sekadar pemeo belaka. Tampaknya banyak fakta yang menyebutkan bahwa di Indonesia dokter lebih gampang memberikan antibiotika.

Penggunaan antibiotika secara irasional atau berlebihan pada anak tampaknya memang makin meningkat dan mengkhawatirkan. Penggunaan berlebihan atau irasional artinya penggunaan tidak benar, tidak tepat, dan tidak sesuai dengan indikasi penyakitnya.

Sebenarnya, permasalahan ini dahulu juga dihadapi oleh negara maju seperti Amerika Serikat. Menurut penelitian US National Ambulatory Medical Care Survey pada tahun 1989, sekitar 84 persen per tahun setiap anak mendapatkan antibiotika. Hasil lainnya didapatkan, 47,9 persen resep pada anak usia 0-4 tahun terdapat antibiotika.

Angka tersebut menurut perhitungan banyak ahli sebenarnya sudah cukup mencemaskan. Dalam tahun yang sama juga ditemukan resistensi kuman yang cukup tinggi karena pemakaian antibiotika berlebihan.

Di Indonesia belum ada data resmi tentang penggunaan antibiotika ini. Karena itu, semua pihak tidak terlalu paham terhadap persoalan ini. Berdasarkan tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat serta fakta sehari-hari tampaknya penggunaan antibiotika berlebihan di Indonesia jauh lebih banyak dan lebih mencemaskan.

Bahayanya pada anak

* Penggunaan antibiotika secara benar dan sesuai indikasi memang harus diberikan. Meskipun terdapat pertimbangan bahaya efek samping dan mahalnya biaya. Tetapi menjadi masalah yang mengkhawatirkan bila penggunaannya berlebihan.

Banyak kerugian yang terjadi bila pemberian antibiotika berlebihan tidak dikendalikan secara cepat dan tuntas. Kerugian yang dihadapi adalah meningkatnya resistensi terhadap bakteri. Belum lagi kecenderungan tersebut berpotensi meningkatkan biaya berobat.

Efek samping yang sering terjadi pada penggunaan antibiotika adalah gangguan beberapa organ tubuh. Apalagi bila diberikan kepada bayi dan anak-anak karena sistem tubuh dan fungsi organ pada bayi dan anak-anak masih belum tumbuh sempurna.

Apalagi bagi anak berisiko yang paling sering mendapatkan antibiotika karena lebih sering sakit akibat daya tahan tubuh lebih rentan. Bila dalam setahun anak mengalami sembilan kali sakit, maka sembilan kali tujuh hari atau 64 hari anak mendapatkan antibiotika.

Gangguan organ tubuh yang bisa terjadi adalah gangguan saluran cerna, gangguan ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan sumsum tulang, gangguan darah, dan sebagainya. Akibat lainnya adalah reaksi alergi karena obat. Gangguan tersebut mulai dari yang ringan seperti ruam, gatal sampai dengan yang berat seperti pembengkakan bibir atau kelopak mata, sesak, hingga dapat mengancam jiwa (reaksi anafilaksis).

Pemakaian antibiotika berlebihan atau irasional juga dapat membunuh kuman yang baik dan berguna yang ada di dalam tubuh kita. Tempat yang semula ditempati oleh bakteri baik ini akan diisi oleh bakteri jahat atau oleh Namur atau disebut superinfection. Pemberian antibiotika yang berlebihan akan menyebabkan bakteri-bakteri yang tidak terbunuh mengalami mutasi dan menjadi kuman yang resisten atau disebut superbugs.

Indikasi

* Indikasi yang tepat dan benar dalam penggunaan antibiotika pada anak, bila penyebab infeksi tersebut adalah bakteri.

Infeksi bakteri adalah infeksi saluran kencing dan tifus. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), indikasi pemberian antibiotika yakni apabila batuk dan pilek berkelanjutan selama lebih 10-14 hari yang terjadi sepanjang hari (bukan hanya pada malam hari dan pagi hari).

Batuk malam dan pagi hari biasanya berkaitan dengan alergi, atau bukan lagi dalam fase infeksi dan tidak perlu antibiotika. Indikasi lain bila terdapat gejala infeksi sinusitis akut yang berat seperti panas $>39 derajat C dengan cairan hidung purulen, nyeri, pembengkakan sekitar mata, dan wajah. Pilihan pertama pengobatan antibiotika untuk kasus ini cukup dengan pemberian Amoxicillin, Amoxicillinm atau Clavulanate.

Sebagian besar kasus penyakit infeksi pada anak penyebabnya adalah virus. Dengan kata lain, seharusnya kemungkinan penggunaan antibiotika yang benar tidak besar atau mungkin hanya sekitar 10-15 persen penderita anak. Penyakit virus adalah penyakit yang termasuk self limiting disease atau penyakit yang sembuh sendiri dalam waktu lima-tujuh hari.

Sebagian besar penyakit infeksi diare, batuk, pilek, dan panas penyebabnya adalah virus. Secara umum setiap anak akan mengalami 2 hingga 9 kali penyakit saluran napas karena virus. Sebaiknya tidak terlalu mudah mendiagnosis (overdiagnosis) sinusitis pada anak. Bila tidak terdapat komplikasi lainnya, secara alamiah pilek, batuk, dan pengeluaran cairan hidung akan menetap paling lama 14 hari setelah gejala lainnya membaik.

Sebuah penelitian terhadap gejala pada 139 anak penderita pilek (flu) karena virus didapatkan bahwa pemberian antibiotik pada kelompok kontrol tidak memperbaiki cairan mucopurulent dari hidung. Antibiotika tidak efektif mengobati infeksi saluran napas atas (ISPA) dan tidak mencegah infeksi bakteri tumpangan. Sebagian besar ISPA termasuk sinus paranasalis sangat jarang sekali terjadi komplikasi bakteri.

Pilek, panas, dan batuk adalah gejala dari ISPA yang disebabkan virus. Perubahan warna dahak dan ingus berubah menjadi kental kuning, berlendir, dan kehijauan adalah merupakan perjalanan klinis ISPA karena virus, bukan merupakan indikasi antibiotika. Pemberian antibiotika tidak akan memperpendek perjalanan penyakit dan mencegah infeksi tumpangan bakteri.

Yang bertanggung jawab

* Dalam permasalahan penggunaan antibiotika yang berlebihan ini, pihak manakah yang bertanggung jawab untuk mengatasinya?

Permasalahan ini tidak sesederhana seperti yang kita lihat. Banyak pihak yang berperan dan terlibat dalam penggunaan antibiotika berlebihan ini. Pihak yang terlibat mulai dari penderita (orangtua penderita), dokter, rumah sakit, apotek, sales representatif, perusahaan farmasi, dan pabrik obat.

Di lain pihak, orangtua juga merupakan faktor terjadinya penggunaan antibiotika yang berlebihan. Tidak jarang penggunaan antibiotika adalah permintaan dari orangtua.

Yang lebih mengkhawatirkan, beberapa orangtua dengan tanpa beban membeli sendiri antibiotika tanpa pertimbangan dokter. Antibiotika merupakan golongan obat terbatas yang harus diresepkan oleh dokter. Tetapi, runyamnya, ternyata obat antibiotika mudah didapatkan di apotek atau toko obat meskipun tanpa resep dokter.

Departemen Kesehatan, Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Ikatan dokter Indonesia (IDI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Persatuan Rumah Sakit Indonesia (PERSI), dan beberapa institusi terkait lainnya harus bekerja sama dalam penanganannya.

Pendidikan tentang bahaya dan indikasi pemakaian antibiotika yang benar terhadap masyarakat harus terus dilakukan melalui berbagai media yang ada. Penertiban penjualan obat antibiotika oleh apotek dan lebih khusus lagi toko obat harus terus dilakukan tanpa henti.

Plus Minus Ganja dalam Dunia Pengobatan

Di banyak negara, tanaman ganja(canabbis sativa) digolongkan ke dalam narkotika.  Meski sebenarnya tanaman ini memiliki manfaat dalam dunia pengobatan, tetapi beberapa badan pengawas obat menyatakan ganja ilegal dan kurang disetujui penggunaannya.

Laporan bertajuk Marijuana and Medicine: Assessing the Science Base, merupakan salah satu kajian paling komperhensif mengenai ganja yang ditulis tahun 1999 oleh organisasi medis nonpemerintah, Institute of Medicine. Dalam laporan ini diuraikan secara rinci apa saja plus minus penggunaan ganja.

Kandungan aktif dalam ganja atau mariyuana, cannabinoid atau dikenal dengan THC, diketahui memiliki nilai medis. Namun sampai saat ini masih diperdebatkan apakah manfaat THC lebih besar daripada kekurangannya. 

Risiko overdosis

Sampai saat ini, sebenarnya belum ditemukan laporan adanya orang yang mati karena overdosis ganja. Tapi jika dikonsumsi dalam jumlah besar tetap saja memiliki efek yang buruk. Sebagai perbandingan, setiap tahunnya tercatat 5.000 kasus kematian akibat kelebihan alkohol. Karena itu banyak yang mengatakan bahwa ganja lebih aman dibanding obat lain, seperti alkohol.

Pengaruh pada memori

Ganja memang merusak ingatan jangka pendek, tetapi hanya ketika seseorang sedang mabuk. Penelitian pernah menunjukkan THC berdampak negatif pada memori dan penggunaan ganja dalam jangka panjang bisa merusak memori secara permanen.

Adiksi

Drug Enforcement Administration (DEA) melarang penggunaan ganja dengan tiga alasan utama, yakni manfaat medis dari tanaman ganja bisa digantikan oleh obat lain yang lebih efektif serta penggunaan ganja bisa menyebabkan kecanduan.

Namun sebenarnya argumen tersebut bisa dipatahkan. Saat ini di pasaran banyak terdapat obat yang cara kerjanya sama dan semuanya mendapat persetujuan. Selain itu potensi kecanduan bukan menjadi dasar dalam penetapan klasifikasi legal sebuah obat. Berbagai studi menyebutkan bahwa pada intinya ganja tidak menimbulkan adiksi. 

Pengaruh pada sistem imun

Beberapa pendapat menyatakan orang yang menghisap ganja akan memiliki sistem imun yang rendah karena ganja menghambat aktivitas sel T. Karena itu orang yang sistem kekebalannya rendah seperti penyandang HIV lebih rentan pada infeksi. Pendapat lain mengatakan bahwa gangguan imunitas hanya terjadi pada paru jika ganja tersebut dihisap.

Pengaruh pada jantung

Bukti-bukti teranyar menyatakan bahwa penggunaan ganja dalam jangka panjang tidak terbukti menyebabkan gangguan kardiovaskular pada orang yang normal.

9 Efek Samping Obat

Setiap jenis obat baik yang dibeli secara bebas maupun memakai resep pada dasarnya memiliki efek samping. Kebanyakan memang efeknya minor, tetapi tak sedikit juga yang bisa menyebabkan rasa tidak nyaman. Ada juga obat yang memberikan efek samping serius, bahkan juga aneh.

Efek samping obat yang paling umum adalah yang berkaitan dengan sistem pencernaan, terutama rasa mual dan perut tidak nyaman. Untuk obat yang dipakai di luar, efek samping yang lazim adalah iritasi kulit. 

Berikut adalah beberapa jenis efek samping obat yang termasuk "aneh".

1. Makan saat tidur

Beberapa jenis obat insomnia memang bisa membantu datangnya kantuk. Tetapi, tak sedikit pengguna obat ini yang mengeluhkan kebiasaan aneh, seperti berjalan saat tidur, makan, bahkan berhubungan seks sambil tertidur. 

2. Sulit tidur

Obat penurun kolesterol golongan statin pada beberapa orang bisa menyebabkan efek samping kesulitan tidur.

3. Sering buang gas

Ada obat penurun berat badan yang memiliki efek samping tidak nyaman, yakni menyebabkan sering buang gas, tinja berlendir, hingga diare. Obat tersebut memang cukup efektif mencegah penyerapan lemak di usus, tetapi jika kita banyak mengasup makanan berlemak maka efeknya adalah diare dan tinja bercampur lemak.

4. Sidik jari hilang

Seorang pasien kanker yang mengonsumsi obat jenis capecitabine dilaporkan mengalami efek samping langka berupa hilangnya sidik jarinya. Hal itu diketahui ketika ia sedang diperiksa bagian imigrasi di bandara. Efek samping aneh lainnya yang mungkin timbul dari obat tersebut adalah kulit menjadi sangat halus, perdarahan, serta borok di kulit. Menurut dokter, begitu obat tersebut dihentikan, biasanya sidik jari akan kembali lagi.

5. Indera penciuman terganggu

Obat resep Vasotec yang biasa dipakai untuk mengontrol tekanan darah dan gagal jantung diketahui menyebabkan efek samping berupa hilangnya kemampuan indera penciuman.

6. Mimpi buruk

Merokok merupakan faktor risiko penyakit kronik yang bisa dihindari. Salah satu obat untuk menghilangkan kebiasaan buruk ini, yakni Chantix, terbukti cukup efektif tetapi menyebabkan beberapa efek samping. Pengguna obat ini mengeluhkan gangguan insomnia serta jika mereka tertidur, mereka akan mengalami mimpi buruk.

7. Penglihatan menjadi biru

Seorang pria di Inggris yang kerap menggunakan obat anti-impotensi Viagra mengaku pandangannya menjadi biru setelah menenggak obat ini. 

8. Gairah seks meningkat

Sindrom kaki tidak mau diam (restless leg syndrome) memang bisa membuat tidur tak nyenyak. Salah satu obat untuk mengatasinya yakni Mirapex, yang juga dipakai untuk mengobati parkinson ternyata menyebabkan efek samping pada mental. Beberapa pasien yang minum obat ini mengaku adanya dorongan untuk berjudi, makan, hingga gairah seks meningkat. 

9. Tinja hitam

Beberapa jenis obat, terutama untuk mengatasi rasa panas di dada dan diare, ternyata memiliki efek samping yang aneh tetapi tidak berbahaya. Setelah mengonsumsi obat ini, pasien bisa mengalami lidah terasa tebal dan menghitam serta tinjanya berwarna kehitaman.

Senin, 12 Desember 2011

Redakan Jerawat dengan Teh Hijau


Obat jerawat Anda habis, tapi jerawat kembali muncul dan belum sempat membelinya? Tak perlu panik. Lagipula, formula benzoyl peroxide pada obat jerawat, kadang membuat kulit jadi kering, mengelupas dan iritasi.

Menurut Mathilde Thomas, pemilik Caudalie Vinotherapie Spa di New York, Anda sebenarnya bisa memanfaatkan teh hijau untuk meredakan jerawat.
Caranya juga cukup mudah dan tentu saja lebih murah dibandingkan membeli obat jerawat. Ikuti saja empat langkah mengatasi jerawat menggunakan teh hijau yang dilansir darifashionista.com.

- Mulailah membersihkan wajah dengan menghangatkannya menggunakan uap dari air panas. Uap akan melembutkan kulit dan membuka pori-pori. Lalu, baru bersihkan dengan sabun wajah yang biasa Anda gunakan. Cara ini akan membuat bahan pembersih menyerap pada kulit dengan sempurna. Kulit pun jadi lebih bersih maksimal.

- Ambil satu kantung teh hijau yang telah dicelup dalam air hangat. Lalu, usapkan ke seluruh kulit wajah. Tekan dan fokuskan pada area yang paling banyak berjerawat. Fungsinya sama seperti toner antibakteri.

- Kemudian, hancurkan satu tablet aspirin (bersifat antiinflamasi) dan campur dengan dua atau tiga tetes minyak esensial, seperti minyak sage. Tempelkan campuran ini pada kulit yang berjerawat, biarkan selama 15 menit.

- Setelah itu, bersihkan wajah dengan handuk berbahan lembut. Sebelumnya, basahi dulu handuk dengan air dingin. Selamat mencoba!

Minggu, 11 Desember 2011

Demam Tak Selalu Butuh Antibiotik

Pengetahuan masyarakat tentang infeksi masih sangat terbatas. Sebagian masyarakat masih beranggapan, apabila tubuh demam itu pasti karena adanya infeksi dan membutuhkan antibiotik. Padahal sebenarnya tidak selalu demikian karena demam merupakan salah satu gejala dan merupakan reaksi tubuh biasa.
Menurut farmakolog dari Universitas Indonesia, dr Zunilda S Butami, MS, SpFK, tubuh memiliki kemampuan untuk bereaksi terhadap adanya gangguan. Reaksinya bisa sangat beragam, dan tidak serta-merta menunjukkan adanya suatu infeksi.
Dalam literatur medis disebutkan bahwa selain infeksi, tubuh juga dapat mengalami peradangan atau inflamasi sebagai reaksi terhadap alergen (zat asing), iritasi fisik, ataupun kimia, luka, dan juga infeksi.
Infeksi merupakan istilah yang digunakan ketika masuknya mikroorganisme seperti virus, bakteri, dan jamur ke dalam tubuh. Infeksi tidak sama dengan inflamasi. Saat terjadi infeksi pasti timbul peradangan, tetapi kalau peradangan, belum tentu akibat infeksi.
Salah satu cara untuk memastikannya adalah observasi yang dilakukan oleh dokter. Dokter biasanya akan memberikan obat antiradang untuk inflamasi, sedangkan infeksi diobati dengan antibiotik (untuk bakteri). Pada kasus anak batuk pilek, misalnya, mungkin hanya terjadi peradangan di daerah tenggorokan akibat iritasi, jadi tak setiap radang membutuhkan antibiotik.
Menurut Zunilda, sebagian besar masalah kesehatan yang ada di masyarakat sebenarnya dapat diatasi sendiri. Namun, masyarakat juga perlu untuk dicerdaskan melalui edukasi yang tepat.
"Pengetahuan pasien dan masyarakat pada penyakit yang paling sering seperti diare dan demam, bisa berhenti sendiri tanpa harus pakai antibiotik. Flu sudah jelas virus, nggak perlu antibiotik. Flu tujuh hari juga enggak apa-apa, tidak usah pakai antibiotik," kata Zunilda, saat ditemui dalam seminar dan diskusi panel  "Resistensi Mikroba: Mengapa dan Apa yang Harus Kita Lakukan?" di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) belum lama ini.
Penggunaan antibiotik secara tidak rasional di masyarakat, lanjutnya, hanya akan menimbulkan resistensi kuman. Apabila hal ini tidak ditangani secara cepat dan tepat, dapat berakibat buruk dan menimbulkan beban yang lebih besar.
Zunilda menambahkan, banyak dokter yang tidak yakin terhadap hasil diagnosisnya sendiri. Seperti dalam kasus demam berdarah yang pasien biasanya akan mengalami kekurangan cairan dan yang dibutuhkan adalah infus, bukan antibiotik.
"Apakah diperlukan antibiotik? Ada infeksi kuman di mana? Saya menduga dia (dokter) tidak yakin dengan diagnosisnya. Dia tidak banyak membaca. Kalau banyak membaca, dia tahu bahwa sebagian besar anak dan dewasa demam 2-3 hari itu infeksi virus," tutupnya.

Ibu Hamil Perlu Cermat Minum Antibiotik

 Bila tidak diperlukan benar, sebaiknya ibu hamil membatasi konsumsi obat-obatan, terutama antibiotik yang bisa membahayakan tumbuh kembang janin. Masa paling krusial yang perlu diwaspadai adalah pada trisemester pertama kehamilan.

Obat antibiotik golongan kuinolon harus dihindari ibu hamil karena berpotensi menyebabkan kecacatan. "Antibiotik ini bekerja untuk menghambat pembentukan inti sel. Bila dikonsumsi saat hamil bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang pada janin," papar dr.Tonny Loho, spesialis patologi klinik dari RSCM Jakarta.

Gangguan tulang yang sering dialami bayi akibat antibiotik ini adalah terganggunya pertumbuhan tulang sehingga anak beresiko pendek. Risiko lainnya adalah tidak menutupnya tulah belakang (spina bifida). 

Tonny menjelaskan, periode awal kehamilan merupakan masa yang penting karena terjadi pembentukan organ-organ tubuh dan janin sangat rentan terhadap apa yang dikonsumsi ibunya.

"Sayangnya kebanyakan wanita baru menyadari kehamilannya setelah 2-4 minggu setelah pembuahan sehingga mereka merasa masih bebas minum obat," papar pengajar dari divisi infeksi Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam acara seminar Pengobatan Terkini Kasus Infeksi dalam rangka perayaan ulang tahun RS Pondok Indah yang ke-21 di Jakarta beberapa waktu lalu.

Untuk mencegah efek buruk dari konsumsi obat-obotan, Tonny menyarankan agar setiap wanita yang sedang berencana untuk hamil memberitahu dokter bila mendapatkan resep obat. 

Antibiotik golongan kuinolon antara lain spirofloksasin, ofloksasin, moksifloksasin, atau levofloksasin. Biasanya untuk mengobati penyakit infeksi saluran kemih, infeksi saluran cerna, infeksi saluran napas bawah, penyakit menular seksual, serta infeksi jaringan lunak dan tulang. 

Selain pada ibu hamil, bayi dan anak-anak juga tidak disarankan mendapatkan antibiotik ini. "Setidaknya sampai anak usia remaja karena biasanya di usia ini tulang mereka sudah tumbuh maksimal. Pada bayi dan anak, antibiotik ini baru diberikan jika obat lain tidak efektif," paparnya.


dehidrasi

Dehidrasi atau kekurangan cairan dalam tubuh memicu gangguan kesehatan. Mulai dari gangguan ringan seperti mudah mengantuk, hingga penyakit berat seperti penurunan fungsi ginjal.
Idealnya, tubuh manusia mengandung cairan sebanyak 55-75 persen dari berat tubuh.Artinya, seseorang yang memiliki berat 50 kilogram, setidaknya mengandung 27-33 kilogram air di dalam tubuhnya.

Berdasar penelitian Perhimpunan Peminat Gizi dan Pangan Indonesia, kekurangan cairan tubuh sekitar dua persen sudah memicu gangguan kesehatan ringan seperti sulit konsentrasi dan mudah mengantuk.

Jika keluhan meningkat seperti sakit kepala menandakan cairan tubuh yang hilang semakin tinggi mencapai 4-5 persen.

Kekurangan cairan tubuh sebanyak 12 persen memicu gangguan kesehatan yang lebih serius seperti mulut sulit mengunyah. Dalam kondisi ini, perlu penanganan medis.

Dan, kematian menjadi ancaman saat kekurangan cairan tubuh mencapai 15-25 persen. Manusia diperkirakan hanya mampu bertahan hidup air selama sepekan.
Berikut tiga tanda atau gejala dehidrasi:
Dehidrasi ringan
Gejala: terasa haus, bibir kering, tenggorokan kering, kulit kering dan sakit kepala.
Dehidrasi sedang
Gejala: pusing, denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun, lemah, urine kental (warna kuning), volume urine sedikit.
Dehidrasi berat
Gejala: kram otot, lidah bengkak, sirkulasi darah memburuk, fisik sangat lemah, penurunan fungsi ginjal dan pingsan

Ingin hidup lebih sehat? Minumlah air putih minimal enam gelas per hari.




Berikut Tanda – tanda dehidrasi :

1. Mulut kering dan lidah bengkak
Mulut kering dan lidah menjadi sedikit bengkak adalah sinyal tubuh mengalami dehidrasi. Cara terbaik untuk menghindari dehidrasi adalah minum ketika haus. Tapi jika sudah minum masih ada tanda-tanda dehidrasi, bisa jadi ada faktor lain yang menjadi masalahnya.

2. Urine berwarna kuning pekat
Jika tubuh mengalami dehidrasi, ginjal akan mencoba menghemat air atau menghentikan produksi urine. Akibatnya urine akan berwarna menjadi lebih gelap atau kuning pekat.

3. Sembelit (sukar buang air besar)
Ketika tubuh cukup air, makanan yang dimakan akan bergerak bebas. Usus besar (kolon) akan menyerap air dari makanan yang dimakan dan kemudian mengeluarkan limbah berupa feses.
Nah, ketika mengalami dehidrasi, usus besar akan menghemat air yang menyebabkan feses menjadi keras dan kering. Hasilnya adalah sembelit.

4. Kulit menjadi kurang elastis
Dokter dapat menggunakan elastisitas kulit untuk mengetes dehidrasi dengan cara mencubitnya. Jika kondisi normal, maka saat mencubit kulit di punggung tangan lalu dilepaskan lagi akan kembali normal. Tapi ketika kulit mengalami dehidrasi, saat dicubit lalu dilepaskan akan lambat normalnya.
Meskipun ini bukan tes terbaik dehidrasi tapi elastisitas kulit masih merupakan tanda yang baik jika terjadi dehidrasi.

5. Jantung Berdebar-debar
Jantung membutuhkan tubuh yang sehat dan normal agar berfungsi dengan benar. Jika terjadi penurunan aliran darah dan perubahan kadar elektrolit karena dehidrasi, biasanya jantung akan berdebar-debar.

6. Kram otot atau Kejang-kejang
Meski belum diketahui pasti bagaimana dehidrasi mempengaruhi fungsi otot tapi diduga terkait dengan ketidakseimbangan elektrolit. Elektrolit seperti natrium dan kalium adalah ion yang bermuatan listrik yang membuat otot bekerja.
Jika mengalami dehidrasi kronis, maka terjadi ketidakseimbangan elektrolit yang dapat menyebabkan kram otot atau kejang yang terus menerus. Kondisi ini banyak terjadi setelah orang selesai melakukan latihan atau olahraga.

7. Pusing

Dehidrasi juga bisa menyebabkan pusing atau pingsan. Salah satu tanda-tanda dehidrasi adalah tubuh merasa melayang ketika buru-buru berdiri dari posisi duduk atau tidur.

8. Lelah
Dehidrasi kronis akan membuat volume darah dan tekanan darah ikut turun yang membuat pasokan oksigen ke darah juga turun. Tanpa oksigen yang cukup, otot dan fungsi saraf akan bekerja lambat sehingga orang menjadi lebih mudah lelah.

9. Air mata kering

Air mata digunakan untuk membersihkan dan melumasi mata. Jika cairan di tubuh kurang, bisa membuat produksi air mata terhenti.

10. Badan selalu merasa kepanasan

Air memainkan peran kunci dalam mengatur suhu tubuh. Ketika tubuh mulai panas kulit akan berkeringat. Dengan berkeringat, maka suhu tubuh akan turun lagi. Karena keringat sebagian besar terdiri dari air, maka saat mengalami dehidrasi, tubuh akan berhenti mengeluarkan keringat yang membuat badan akan merasa kepanasan.


Hal itu yang didapatkan oleh penelitian THIRST (The Indonesian Regional Hydration Study) yang menemukan bahwa dewasa dan remaja perkotaan di Indonesia, 46.1% persen (atau boleh disebut 1 dari 2 orang )dari jumlahnya mengalami dehidrasi ringan tanpa mereka sadari.